hello world!
Januari 28, 2025

Kala yang Mencuri Waktu dan Ular yang Menelan Peta ke Bintang

Di tepi gurun yang pasirnya berwarna ungu, seekor kucing bernama Kala—yang memakai kacamata hitam meski hari sudah gelap—berdiri di atas batu karang berbentuk jam pasir. Di punggungnya tergantung ransel berisi 27 kaleng sarden kadaluarsa dan sebuah kompas yang hanya menunjuk ke langit.

"Kita tersesat," kata Kala sambil menjilat cakarnya yang basah oleh hujan asam.
"Tidak mungkin. Aku sudah menelan peta ke Bintang Kejora," sahut Lontar, ular berkaki tiga yang mengklaim dirinya keturunan naga yang lupa cara terbang.

Mereka berdua sedang dalam misi menemukan "Susu Bulan", cairan legenda yang konon bisa mengembalikan memori orang-orang yang lupa cara bermimpi. Masalahnya: tak ada yang tahu Bulan punya puting susu.

 

Malam di Kedai Kaktus Berbicara

Di tengah gurun, mereka menemukan kedai kaktus bernama "Spines & Wines". Kaktus pemiliknya, Pak Spine, menyajikan minuman dari duri yang direbus dengan air mata hantu.

"Susu Bulan?" gumam Pak Spine sambil mengeluarkan bunga berwarna neon dari kepalanya. "Itu hanya mitos untuk fools yang percaya langit bukan atap."
"Tapi kami fools dengan sertifikat!" protes Kala, mengeluarkan gulungan kertas dari ranselnya—ternyata cuma daftar belanja bulan lalu.

Lontar, yang takut pada tikus padahal dirinya ular, tiba-tiba bersin dan menyemprotkan racun ke gelas Pak Spine. "Maaf, aku alergi kebohongan."
Kaktus itu marah, lalu mengusir mereka sambil berteriak: "Pergi! Cari sendiri Gua Kaca di utara, tempat waktu pecah seperti gelas!"

 

Labirin Waktu yang Terjual di Pasar Lolong

Setelah berjalan 40 tahun (atau 40 menit? Tak ada jam yang bekerja di gurun ini), mereka sampai di Gua Kaca. Setiap dinding gua memantulkan versi berbeda dari diri mereka:

  • Kala menjadi kucing raksasa dengan sayap kupu-kupu.
  • Lontar berubah jadi ular berbulu yang menyanyikan lagu dangdut.

Di tengah gua, ada Jam Raksasa yang jarumnya terbuat dari spaghetti. Seorang penjual waktu bernama Nyai Chronos—wanita tua dengan rambut dari asap—berteriak: "Waktu diskon 70%! Beli satu jam, dapat dua kecemasan!"

"Kami cari Susu Bulan," kata Kala.
"Susu? Bulan sedang diet. Dia hanya minum air hantu sekarang," jawab Nyai Chronos sambil menawarkan jam tangan dari tulang.

Lontar, frustrasi, menggigit jarum jam spaghetti. Tiba-tiba—
KRAAAAK!
Waktu pecah berkeping-keping. Setiap keping menjadi portal ke masa lalu yang bukan milik mereka.

 

Kapal Sarden dan Pemberontakan Tikus Hologram

Mereka terlempar ke atas Kapal SS Sardencore, kapal penjelajah antariksa yang dikapteni oleh Tikus Hologram bernama Captain Cheese.

"Kalian pencuri waktu!" geram Cheese, kumisnya berkedip seperti lampu disco.
"Bukan! Kami pencuri... eh, pencari Susu Bulan!" bantah Kala, sambil bersembunyi di balik kaleng sarden kadaluarsanya.

Captain Cheese tertawa: "Susu Bulan ada di kulkasku, tapi kuncinya ditelan ular berkaki tiga!"
Lontar tersedak. Ternyata, peta yang ditelannya adalah kunci kulkas.

Dengan gemetar, Lontar memuntahkan peta. Tapi yang keluar adalah... seekor tikus mekanik yang langsung lari sambil tertawa: "Kalian ditipu! Susu Bulan cuma susu kedelai yang dijual online!"

 

Mereka yang Tertawa di Kafe Bintang Jatuh

Kembali ke gurun ungu, Kala dan Lontar duduk di Kafe Bintang Jatuh, menyesap kopi dari debu meteor.

"Kita gagal," keluh Lontar.
"Tidak. Kita berhasil menemukan bahwa semua pencarian ini absurd," kata Kala, membuka kaleng sarden terakhir.

Tiba-tiba, langit retak. Bulan tersenyum, lalu meneteskan sesuatu—bukan susu, tapi es krim rasa melankolia.

"Ternyata Susu Bulan hanya metafora untuk... es krim," gumam Lontar, menjilat kakinya sendiri.
"Atau metafora untuk lelucon kosmik," sahut Kala, menulis puisi di pasir dengan ekornya.

Mereka tertawa, karena akhirnya mengerti: di alam semesta yang absurd, yang paling masuk akal adalah jadi tidak masuk akal.

 


"Jika kau tersesat di gurun waktu, ingat: jawaban terbaik sering kali ada di kaleng sarden kadaluarsa. Tertawalah sebelum langit menjual waktumu!"

290125 | sungai | iniartchive

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

I NI Ar(t)chive

Adalah ruang pengarsipan bersama yang bersifat partisipatif publik untuk mendokumentasikan narasi-narasi kecil dalam beragam bentuk (media) dari setiap peristiwa sosial-budaya yang terjadi.
Jangan ragu untuk berpartisipasi dalam mengisi dan memperkaya perspektif ruang pengarsipan ini.
tupzz
tupzz
chevron-leftchevron-right